admin, 16 May 2025

Pengantar

Dunia digital selalu hadir dalam genggaman. Memberikan ragam informasi hanya sejauh ujung jari. Namun, apakah Sahabat Perpus paham bahwa bila kita tidak bijak maka kita bisa terjerumus ke dalamnya? Sadarkah bahwa setiap tindakan di dunia maya selalu meninggalkan jejak?

Mari kita mulai membahas mengenai jejak digital. Kehadiran kita tidak pernah benar-benar anonim. Oxford Learner’s Dictionaries mendefinisikan jejak digital sebagai the information about a particular person that exists on the internet as a result of their online activities”. Jejak digital adalah Informasi tentang seseorang di internet sebagai hasil dari aktivitas daring. Definisi ini merujuk pada setiap informasi yang ditinggal seseorang di internet, baik sengaja dan tidak sengaja yang dapat berupa unggahan, komentar, riwayat pencarian, hingga data dari aplikasi daring.

Jenis-Jenis Jejak Digital

Mengutip dari artikel berjudul “Apa itu Jejak Digital? Cara Mengelola dan Melindunginya” dalam situs Digital Citizenship Indonesia, jejak digital terbagi menjadi dua jenis:

  • Jejak Digital Aktif: Jejak yang sengaja ditinggalkan individu. Hal ini mencakup foto, video, status, komentar, hingga ulasan. jejak yang ditinggalkan dengan sengaja tersebut membentuk algoritma dan menciptakan suatu pengalaman yang mencerminkan aktivitas atau preferensi dari pengguna internet. 
  • Jejak Digital Pasif: Data yang terkumpul tanpa persetujuan atau sepengetahuan pengguna. Data ini diperoleh dari pelacakan aktivitas pengguna situs web melalui cookie, pengumpulan alamat IP, atau data lokasi. Walaupun tanpa disadari, jejak ini dapat memberikan gambaran mengenai perilaku digital seseorang. 

Jejak Digital dalam Dunia Kerja dan Pendidikan 

Jejak digital berpengaruh besar pada kehidupan pribadi dan profesional kita. Mengutip dari buku “Jejak Digital: Memahami dan Mengelola Reputasi di Era Digital”, informasi yang terunggah ke internet tidak hanya relevan bagi individu, tapi bagi organisasi dan perusahaan. Perusahaan melakukan penelusuran informasi calon karyawan lewat mesin pencari dan media sosial. Jejak digital dapat menjadi dasar perusahaan dalam meningkatkan karir berdasarkan kepribadian dan kebiasaannya. Contohnya jejak digital dapat menjadi salah satu nilai yang digunakan oleh perusahaan untuk mencari calon karyawan sebelum merekrut mereka. Selain reputasi, jejak digital dapat digunakan sebagai bahan analisis dalam meningkatkan pengalaman pengguna dan menargetkan iklan. 

Dalam dunia pendidikan, jejak digital menjadi sarana pemeriksaan kepada calon mahasiswa untuk melihat rekam jejaknya ketika bersekolah. Sehingga universitas memiliki pertimbangan untuk menerima calon mahasiswa sebagai mahasiswa atau tidak. Bagi mahasiswa hal ini menjadi keuntungan dalam berbagi konten akademik sebagai bentuk diseminasi informasi. Selain itu mahasiswa dapat membangun portofolio secara daring untuk memperbesar peluang memperoleh kesempatan bekerja di perusahaan. 

Mengamankan Jejak Digital

Bagaimana mengamankan jejak digital kita? Sebuah pertanyaan yang akan admin awali dengan jawaban dari “Apa?”, “Dimana?”, dan “Siapa?”. Sebelum melangkah lebih jauh, Sahabat Perpus perlu mengetahui beberapa hal. Pertama, apa yang akan coba teman-teman lindungi? pertanyaan ini merujuk pada “aset” yang dimiliki mulai dari lokasi, email, reputasi, keamanan fisik, keamanan seseorang, nama asli, dan lainnya. Kedua, bagian kehidupan manakah yang paling teman-teman khawatirkan?. Ketiga, siapa saja yang mungkin terkena dampaknya apabila teman-teman menjadi sasarannya? Tentu saja hal ini berkaitan dengan relasi jejak digital dimana jejak digital teman-teman selalu terhubung dengan jejak digital orang lain. Setelah menemukan jawabannya, mari kita menuju bahasan selanjutnya. 

Masih mengutip buku yang berjudul “Jejak Digital: Memahami dan Mengelola Reputasi di Era Digital”, berikut ini adalah panduan dalam mengamankan data pribadi di internet. Panduan ini dapat membantu Sahabat Perpus ketika merasa kurang nyaman dalam menelusuri internet. Adapun panduannya adalah sebagai berikut:

  1. Gunakan Kata Sandi yang Kuat dan Unik
    Dalam merumuskan sandi, rumuskan sandi yang kuat sekaligus unik. Jangan gunakan informasi pribadi pada sandi seperti nama, tanggal lahir, atau kata-kata yang umum. Gunakan kata sandi yang berbeda di setiap akun. Kemudian pastikan minimal berjumlah 12 karakter dengan kombinasi huruf besar, huruf kecil, angka, dan simbol. Sahabat Perpus juga bisa memanfaatkan fitur password manager. Fitur ini memungkinkan teman-teman untuk menyimpan dan mengelola sandi dari berbagai media sosial serta akun penting lainnya.
  2. Mengaktifkan Autentikasi Dua Faktor (2FA)
    Autentikasi dua faktor adalah suatu metode keamanan yang memerlukan dua bentuk identifikasi untuk mengakses sumber daya data. Teman-teman bisa menggunakan metode ini dari berbagai aplikasi seperti Google Authenticator dan Authy. Jangan sampai membagikan kode autentikasi kepada siapapun.
  3. Mewaspadai Phising
    Phising adalah teknik penyamaran dalam penipuan siber dengan menjadi seseorang yang kita percaya untuk memperoleh data pribadi. Teman-teman perlu memperhatikan lingkungan digital dengan tidak meng-klik tautan atau lampiran dalam email yang terlihat mencurigakan. Selain itu, cek kembali URL dari suatu situs sebelum memasukkan informasi pribadi. Selalu verifikasi kembali apabila ada permintaan informasi pribadi dari akun yang mencurigakan.
  4. Menjaga Privasi di Media Sosial
    Tempatkan dirimu untuk selalu waspada ketika bermain media sosial. Gunakan pengaturan privasi yang tersedia untuk mengontrol siapa saja yang dapat melihat informasimu. Hindarilah berbagai informasi yang bersifat pribadi seperti foto rumah, nomor telepon, atau lokasi dimana teman-teman berada. Pastikan untuk selalu menjaga privasi orang lain juga ketika bermedia sosial.
  5. Melindungi Perangkat dan Jaringan
    Lindungi perangkatmu dengan penggunaan antivirus dan firewall yang selalu update. Selalu hindari kerawanan keamanan dengan selalu memperbarui sistem operasi dan aplikasi. Ketika kita menelusuri internet, selalu gunakan VPN ketika kita terhubung ke jaringan Wi-Fi publik. Matikan fitur berbagi otomatis di jaringan Wifi publik.
  6. Melindungi Data Pribadi
    Kunci file penting sebelum menyimpannya ke cloud. Pastikan kita memiliki backup data ke penyimpanan eksternal. Jangan sekali-kali menyimpan informasi yang sifatnya sensitif di cloud.
  7. Manajemen Izin Aplikasi
    Tinjaulah batas izin aplikasi yang mengakses data pribadi. Hindari mengunduh aplikasi dari sumber yang ilegal. Apabila memungkinkan, cukup gunakan aplikasi web yang aman atau bawaan dari perangkat kita, bukan dari aplikasi pihak ketiga yang tidak dikenal.
  8. Hindari Penipuan Online
    Periksa kembali informasi sebelum melakukan transaksi online. Gunakan platform pembayaran yang terpercaya dan terverifikasi.
  9. Menghapus Jejak Digital
    Hapuslah akun lama yang sudah lama tidak digunakan. Penghapusan dilakukan untuk mengurangi risiko kebocoran data. Selalu pastikan untuk menggunakan fitur penghapusan riwayat dan penghapusan cache pada situs web. Ajukan penghapusan data pribadi pada layanan Google jika tidak lagi digunakan.
  10. Edukasi kepada Diri Sendiri dan Orang Lain
    Selalu cari tahu informasi terkini tentang keamanan siber. Edukasi keluarga, teman, dan kerabat tentang betapa pentingnya perlindungan data pribadi di dunia maya.

Itulah penjelasan dan panduan yang bisa diikuti Sahabat Perpus tentang keamanan jejak digital. Tetaplah bijaksana dalam meninggalkan jejak digital. Pastikan jejakmu berdampak positif untukmu.

Referensi: 

  1. Definition of Digital Footprint – Oxford Learner’s Dicitionaries
  2. Apa itu Jejak Digital – Digital Citizenship Indonesia
  3. Jejak Digital: Memahami dan Mengelola Reputasi di Era Digital. Sulianta, Feri – Research gate
  4. Proactive Steps to Secure Your Digital Footprint – Harvard College Guides

 

Penulis: Betarum Damaris

Note: Jika tertarik untuk berkolaborasi, silakan hubungi WA Center Perpustakaan di 081934150976.